#Rumah_Penyiksaan
#Cerpen
17+ (Ada adegan sadis)
Kisah ini hanyalah fiktif belaka. Diadaptasi dari mimpi author yang menyeramkan. Ada adegan sadis, tidak dianjurkan membaca bagi anak-anak dibawah umur atau orang yang penakut.
___________________________________________
Suara auman serigala dan burung hantu terdengar jelas oleh Fina. Gadis berusia 17 tahun itu belum juga menyadari di mana kini dirinya berada. Ia menatap ke sekelilingnya, tempat itu sangat gelap.
Perlahan, Fina berdiri dan berjalan gontai sambil sesekali melirik ke kanan kiri, memastikan kalau dirinya aman. Beberapa pepohonan terlihat akibat diterpa sinar bulan. Ia sudah berada di dalam hutan!
Ya, Fina kini berada di tengah hutan yang gelap. Tak ada seorang pun disana, kecuali dirinya sendiri. Tak ada teman baginya, selain hawa dingin yang menembus ke dalam kulit dan suara-suara binatang malam. Suasana nampak sepi dan mencekam. Suara ranting pepohonan yang bergerak juga suara burung hantu menambah kesan horor di tempat itu. Bulu kuduk Fina berdiri. Ia kebingungan mencari arah jalan pulang.
“Dimana aku? Kenapa aku bisa ada di tempat ini?” gumam Fina sambil terus berjalan menyusuri jalan setapak dalam hutan itu.
Setelah agak jauh dia melangkah, ia melihat sebuah cahaya. Fina mendekati sumber cahaya itu, mengintip di balik semak-semak.
Ternyata cahaya itu berasal dari lampu yang dipasang di sebuah rumah. Ia melihat sebuah rumah sederhana berwarna biru. Fina merasa lega. Ia akan pergi ke sana, menginap selama 1 hari, karena hari sudah larut malam.
Gadis itu bergegas menuju rumah itu. Berkali-kali Fina menggedor-gedor pintu rumah itu dan mengucapkan permisi. Namun, tak ada sahutan dari dalam rumah. Fina masih mencoba bersabar menunggu.
Fina mengira, kalau pemilik rumah itu akan segera keluar dari rumahnya. Namun, tidak ada seorang pun yang keluar membukakan pintu rumah itu. Karena sudah lama menunggu, Fina pun merasa kesal. Tanpa mengucap permisi lagi, ia membuka pintu rumah itu – yang ternyata tidak dikunci.
Alangkah terkejutnya gadis itu, mendapati beberapa kepala dan organ dalam manusia tersusun di atas rak besi. Bukan satu atau dua rak lagi, melainkan banyak. Pemandangan yang sangat mengerikan. Darah segar berceceran di mana-mana. Suara jeritan terdengar jelas, seperti suara orang yang tengah disiksa.
Bagi sebagian orang, jika telah menemui pemandangan mengerikan itu pasti akan lari terbirit-birit. Namun, berbeda dengan Fina. Ia malah penasaran.
Fina berjalan pelan sambil sesekali melirik rak besi yang berisi potongan tubuh manusia itu. Ada kepala manusia yang buntung, dengan keadaan matanya tidak ada, dan berceceran darah, ada juga kepala manusia yang matanya melotot dan lidahnya menjulur.
Di rak lain, Fina melihat beberapa potongan tangan dan kaki yang masih berlumuran darah. Usus, hati, dan jantung manusia pun ada. Sesekali ia bergidik ngeri.
“Aaaaaaa ...!” teriak beberapa orang yang sepertinya sedang disiksa.
Fina mencari asal suara itu. Ia menuju sebuah ruangan yang diduga sumber suara jeritan. Ia mengintip dibalik pintu. Dan ... benar saja. Beberapa orang pria dan wanita yang tubuhnya sudah telanjang tengah disiksa – dicambuk dengan rantai. Darah mengucur deras dari kepala dan tubuh mereka. Orang-orang yang menyiksanya seperti tanpa mengenal ampun. Bahkan, beberapa diantaranya yang sudah tidak berdaya, tubuh mereka dicincang dengan kapak.
Saat Fina tengah asyik mengintip, tiba-tiba terdengar suara langkah seseorang. Semakin mendekat. Fina segera membalikkan badan. Ternyata, seorang pembunuh haus darah itu tengah menggendong seorang bayi. Tangis si bayi pecah. Orang itu menusukkan pisau tajam ke perut jiwa yang belum bernoda dan tanpa ampun lagi, perlakuan kejamnya menyebabkan kematian si bayi.
Fina hanya diam, tak berkutik. Ia ingin keluar dari rumah itu. Namun, terlambat. Dua orang pembunuh itu sudah mengepungnya. Ia melempar pandang kepada kedua pembunuh itu.
“Mau apa kalian?” tanya Fina dengan suara yang bergetar. Detak jantungnya berdebar kencang.
“Gadis muda, akhirnya kau datang kesini. Selamat datang di rumah kami,” ucap salah seorang dari mereka sambil tersenyum sinis.
“Kebetulan kau datang kesini. Kami membutuhkan tubuhmu untuk dicincang. Hahaha ....” Temannya tertawa terbahak-bahak.
Fina melempar pandang kepada kedua pembunuh itu. Satu kesempatan yang tidak dia sia-siakan. Saat kedua pembunuh itu lengah, ia segera melarikan diri. Pembunuh haus darah itu mengejar Fina. Sementara itu, Fina terus berlari menjauhi mereka.
Sebuah ruangan yang kotor, menjijikkan dan bau kini berada di depannya. Ya, ruangan itu adalah WC. Dengan nafas yang ngos-ngosan, Fina bersembunyi di bak mandi. Bau amis darah dan bangkai menyeruak di ruangan itu. Pembunuh itu terus berteriak memanggil namanya.
“Hai, jangan sembunyi kau! Dimana pun kau sembunyi, kau pasti akan kami temukan!” teriaknya.
Fina mencoba menahan nafas ketika pembunuh itu masuk ke WC. Namun, nahas. Ia ditemukan pembunuh itu. Ia hanya memejamkan mata, pasrah akan keadaan yang menimpanya. Mungkin, inilah akhir dari hidupnya, fikir Fina.
Pembunuh itu menarik tangan Fina dengan paksa. Namun, Fina terus meronta-ronta, hingga membuat pembunuh berdarah dingin itu kesal. Ia mengeluarkan pisau tajam, lalu menancapkan nya di tubuh Fina. Seketika, Fina membuka mulut, merasakan rasa sakit yang luar biasa.
“Hahaha ... mati kau! mati!” ucap si pembunuh.
Bagi sebagian orang, jikalau dihadapkan dengan situasi seperti ini pastilah langsung menyerah dan menunggu maut menjemput saja. Namun, bagi gadis itu, menyerah sebelum berjuang adalah hal yang akan berujung pada penyesalan.
Fina mencabut pisau yang masih menempel di tubuhnya. Bukan main rasa sakitnya. Darah berceceran dari tubuhnya yang terkena tusukan pisau. Lantas, ia melempar pisau itu jauh-jauh.
Ia melawan pembunuh itu dengan sisa tenaga yang masih ada pada dirinya. Membutuhkan waktu yang cukup lama baginya untuk mengalahkan si pembunuh. Namun, akhirnya, usahanya membuahkan hasil. Si pembunuh itu berhasil dikalahkan.
Kesempatan itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Fina. Ia melarikan diri dengan berlari – walaupun hal itu terasa sulit baginya.
============TAMAT================
Komentar
Posting Komentar